Mengenal
Satre Lewat Pemikirannya
Satre adalah seorang filsuf eksistensialis. Dia
berpendapat eksistensi mendahului esensi. Keberadaan suatu objek berbeda secara
prinsipiil dengan tampaknya objek itu. Satre berkeyakinan ada merupakan syarat
bagi tampaknya sesuatu.
Satre menjelaskan tentang dua cara berada, yaitu etre
en-soi (being in itself) atau dapat dikatakan sebagai it is what it is. Etre en
soi merupakan suatu yang identik dengan dirinya, tidak mempunyai masa silam,
masa depan, kemungkinan ataupun tujuan. Etre en soi ada begitu saja, tanpa
diciptakan, tanpa dapat diturunkan dari sesuatu yang lain. Cara berada yang kedua
adalah etre pour soi (being for itself) atau ada bagi dirinya. Ada bagi dirinya
merupakan istilah untuk merujuk pada kesadaran akan dirinya.
Bagi Satre etre pour soi merupakan kegiatan untuk
‘menidak’. Eksistensi terjadi ketika muncul suatu kesadaran bahwa dirinya bukan
etre en soi. Misalnya, seorang bayi yang baru lahir (esensi) itu tampak tetapi
tidak ada (eksis). Hal ini disebabkan bayi tersebut tidak sadar bahwa dia bukan
meja, tempat tidur, ayahnya, ibunya, atau etre ensoi – etre ensoi lainnya. Jadi
dalam contoh ini dapat dipahami bahwa eksistensi mendahului esensi, atau dapat
juga dikatakan ada merupakan syarat bagi tampaknya sesuatu. Dan ini menyatakan
bahwa keberadaan suatu (bayi) berbeda secara prinsipiil dengan tampaknya bayi
tersebut. Bayi tersebut tidak eksis. Contoh kedua, seseorang yang sedang
berlari ditengah kerumunan khalayak ramai secara sadar ‘menidak’ keberadaannya
sebagai benda-benda disekitarnya ataupun sebagai bagian dari khalayak ramai
tersebut. Maka dapat dikatakan orang yang sedang berlari tersebut eksis sebagai
sebuah etre en soi. Kegiatan ‘menidak’ tersebut merupakan sebuah kebebasan bagi
Satre. Melalui etre pour soi akan didapatkan kondisi berada sebagai etre en
soi, sesuatu dengan identitas dan kepenuhannya sendiri, bebas dari etre en soi
yang lain. Inilah kehendak untuk bebas menurut Satre. Melalui jalan ini, maka
sesuatu dapat eksis.
(sumber : Bertens dalam
sejarah filsafat kontemporer Prancis dan Hardiman dalam filsafat fragmentaris)